Keistimewaan Tari Pendet Dalam Lintasan Sejarahnya – Tari Pendet merupakan tarian yang melambangkan penerimaan umat Hindu terhadap dewa-dewa ke dalam alam. Setiap penari perlu mengetahui pola lantai tari pendet karena di setiap pola memiliki makna didalamnya.
Pola lantai Tari Pendet terbagi menjadi empat yaitu pola garis lengkung, pola garis lurus horizontal, pola garis lurus vertical, dan pola lurus berjajar. Masing-masing pola lantai dalam tari Pendet mempunyai makna atau filosofi tersendiri.
Mengenal Tari Pendet Dengan Ciri Khasnya
Seperti halnya tari Bali lainnya, gerakan tari pendet banyak melakukan gerak mata yang disebut seledet, gerak tangan, gerak kepala, gerak bahu, dan gerak kaki. Salah satu sikap menari di tari pendet disebut agem, yaitu sikap kedua kaki merengkuh pada posisi renggang dengan tangan tegak ditekuk.
Selain itu, ciri khas gerakan Tari Pendet adalah gerakan menaburkan bunga yang sebelumnya diawali dengan gerakan persembahan sambil duduk. Gerakan tari pendet diiringi oleh seperangkat ansamble alat musik tradisional Bali yang disebut gamelan.
Namun, waditra gamelan Bali berbeda dengan waditra gamelan Jawa. Waditra yang terdapat dalam gamelan Bali, antara lain tarompong, reyong, bende, kempul, gong, kendang wadu, petuk, kendang lanang, cengceng, jublag, jagong, gangsa, ugal, kantil, dan gong kebyar.
Perjalanan Sejarah Tari Pendet Bali
Sama seperti Tari Kecak, Tari Pendet juga berasal dari Bali. Kedua tarian tradisional ini dipentaskan secara rutin untuk tujuan hiburan bagi wisatawan. Namun yang jelas, sebelum tari pendet menjadi suatu kesenian, pertama kali dipentaskan pada upacara keagamaan di pura tempat umat Hindu beribadah.
Pendet sebenarnya adalah pengorbanan yang dilakukan dalam bentuk tarian ritual. Tari Pendet melambangkan pengakuan, penghormatan dan syukur atas turunnya dewata ke bumi.
Sejarah tari Pendet dimulai pada tahun 1950 ketika I Wayan Rindi dan Ni Ketut Reneng menampilkan tarian ritual ‘Pendet Dewa’.
Tokoh I Wayan Beratha Sebagai Komponis Indonesia Yang Memukau
Awalnya tari pendet dibawakan oleh empat orang penari. Pada tahun 1961, I Wayan Beratha mengembangkan Tari Pendet dan menambah jumlah penari menjadi lima orang. Pada tahun 1962, I Wayan Beratha mengembangkan lebih lanjut Tari Pendet dan dapat dibawakan oleh 800 orang penari.
Tari Pendet dipentaskan secara internasional untuk pertama kalinya pada upacara pembukaan Asian Games 1962 di Jakarta.
Sejak saat itu, Tari Pendet yang tergolong tari wali (sakral) jadi sering ditampilkan sebagai tari balih-balihan (hiburan atau penyambutan). Tari pendet yang digunakan untuk hiburan atau sebagai tarian ucapan selamat datang, akhirnya mengalami perubahan koreografi. Tujuannya, untuk mencegah anggapan bahwa para wisatawan disetarakan dengan para dewa.
Keistimewaan Tari Pendet Sebagai Aset Kebudayaan Indonesia
Berikut adalah keistimewaan atau keunikan yang dimiliki Tari Pendet.
Tari Religius Dan Sakral
Tari Pendet melambangkan nilai-nilai sakral dan religius. Hal ini erat kaitannya dengan sejarah tarian ini. Walaupun tarian ini sering terlihat pada acara-acara hiburan. Meski demikian, para seniman tetap memasukkan nilai-nilai sakral dan religius dalam tarian ini.
Tidak Memandang Usia
Tarian ini bisa dilakukan oleh semua umur. Mulai dari anak-anak hingga orang tua atau lansia. Biasanya gerakan penari muda mengikuti gerakan penari yang lebih tua. Tidak ada batasan dalam cara bergerak setiap pemain. Dengan cara ini, bisa mempelajari ritme atau mengiringi musik.
Mengikuti Zaman
Keistimewaan Tari Pendet serta penggunaanya tarian ini untuk ucapan selamat datang membuat seniman I Wayan Rindi mengembangkan Tari Pendet. Awalnya, tarian ini hanya digunakan dalam upacara keagamaan.
Memiliki Ritme Yang Khas Melalui Tempo Musik
Gerakan para penari akan selalu menyesuaikan dengan ritme serta tempo musik pengiring. Oleh karena itu, gerakan tari pendet dapat ditentukan oleh iringan musik gamelan.
Makna Tari Pendet
Makna Tari Pendet sangatlah kompleks. Salah satu makna terpentingnya adalah bagaimana bersyukur kepada Dewa atas kehadirannya di bumi.
Makna Tari Pendet Tentang Menjaga Hubungan Baik antara pencipta dengan manusia dan alam
Lalu ada lagi makna tentang rasa gembira yang dirasakan saat menyambut para tamu yang hadir pada acara tersebut. Dalam setiap perjalanan yang ditampilkan, ada rasa terima kasih dan penyambutan tamu.
Adapun makna selanjutnya yaitu tentang menjaga hubungan baik antara pencipta dengan manusia dan alam. Makna tersebut disampaikan melalui tarian, seperti ekspresi wajah gembira yang diiringi senyuman.
Pola Lantai Tari Pendet
Apabila dilihat dari pola lantai Tari Pendet. Maka akan menemukan empat pola yang memiliki maknanya tersendiri. Berikut adalah penjelasan lengkapnya.
Pola Lengkung Pada Lantai
Pada pola ini, akan membentuk garis lengkung di permukaan lantai tempat para penari berdiri. Di dalam pola tersebut terdapat sebuah filosofi penting yang diambil dari bentuk V yang terlihat. Arti dari bentuk tersebut adalah kerakyatan.
Hal tersebut sangat berkaitan dengan kekompakan masyarakat Bali yang bisa dilihat dari pola ini. Sebab, terdapat kesan kebersamaan yang dapat kita lihat dari bentuk pola tersebut.
Pola Lurus Secara Horizontal
Di dalam tarian ini juga terdapat pola lurus. Dimana para penari akan berdiri secara sejajar dengan posisi horizontal. Lalu pola ini menjadi perlambangan tentang bagaimana hubungan antara manusia dengan manusia lain yang sejatinya sama atau sejajar.
Pola Lurus Dengan Posisi Vertikal
Jika pola horizontal menggambarkan hubungan manusia dengan manusia lain. Maka berbeda dengan pola vertikal. Dimana pola ini menggambarkan hubungan antara manusia dengan tuhannya.
Pola Lurus Berjajar Dengan Posisi Vertikal
Pola yang terakhir menggambarkan tentang keberadaan tari ini di dalam kehidupan masyarakat Bali.